Subscribe:

Pages

Rabu, 23 Maret 2011

Askep Anafilaksis

BAB II. PEMBAHASAN


 


 

  1. KONSEP DASAR MEDIK
    1. Pengertian Anafilaksis

          Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.

          Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkan vasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic.



       


          Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai efek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut.


       

    2. Etiologi/Penyebab

          Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen. Penyebab yang sering ditemukan adalah:

      1. Gigitan/sengatan serangga
      2. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
      3. Alergi makanan
      4. Alergi obat

      Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibat dalam reaksi peradangan kekebalan.

      Beberapa jenis obat-obatan (misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.


       

    3. Manifestasi Klinik

          Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepat dan lamanya reaksi maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi berat. Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.

          Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemui pada suatu anafilaksis adalah:

  • Gatal di seluruh tubuh
  • Hidung tersumbat
  • Kesulitan dalam bernafas
  • Batuk
  • Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku
  • Pusing, berbicara tidak jelas
  • denyut nadi yang berubah-ubah
  • jantung berdebar-debar (palpitasi)
  • mual, muntah dan kulit kemerahan.
  1. Patofisiologi

        Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan; dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dan diare.
    Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.

        Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkan aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergen dapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan umumnya reaksi yang berat terjadi secara cepat. Individu yang terkena merasakan gelisah, diikuti dengan cepat oleh rasa ringan pada kepala yang mengakibatkan singkop. Rasa gatal di tangan dan di kepala dapat menjadi urtikaria yang menutupi sebagian besar permukaan kulit. Pembengkakan jaringan local dapat timbul dalam beberapa menit dan khususnya mengubah bentuk kelopak mata, bibir, lidah, tangan dan genitalia.


     

  2. Diagnosis

    Pemeriksaan fisik menunjukkan:

    1. kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau wajah)
    2. kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok.
    3. denyut nadi cepat
    4. tekanan darah rendah.
    5. Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi mengi (bengek) dan terdapat cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner).


       


       

  3. Pengobatan

        Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau mulut ke saluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di trakea untuk membantu pernafasan).

        Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah. Antihistamin (contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan penyelamatan dan pemberian epinefrin).


     

  4. Pencegahan

        Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin.

        Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat dicegah dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktu yang cukup lama.


 

  1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
    1. Pengkajian Pasien
  • Aktifitas/ istirahat

        Gejala    : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa takut, sesak, lemas dan pusing serta gatal/pruritus.

    Tanda    :    Gangguan Pada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada kulit tangan dan kepala.

  • Kardiovaskuler

    Gejala    : Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan pingsan

    Tanda    : Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi ventrikel sampai asistol.

  • Integritas Ego

Gejala    : Perasaan tidak berdaya, putus asa

Tanda    : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira. Kesulitan untuk mengekspresikan diri.

  • Makanan/cairan

    Gejala    : Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.

  • Neurosensori

    Gejala    : Sinkope/pusing, kesemutan

Tanda    :    Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan kejang.

  • Nyeri/kenyamanan

Gejala    : Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit.

  • Pernapasan

    Gejala    :    Rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat nafas, takipnea samoai apnea.

  • Interaksi Sosial

    Tanda    : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada tubuh, seperti gatal, sesak, dan rasa takut

  1. Diagnosa Keperawatan
  • Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, , gigitan serangga dan pruritus
  • Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
  • Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
  • Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala, ketegangan.
  • Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.
  • Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.
  • Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi


     

  1. Intervensi Keperawatan & Rasional
    1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, gigitan serangga dan pruritus

      Intervensi :

      1. Kaji kondisi kulit setiap hari, catat warna dan adanya lesi pada kulit dan amati perubahannya.

        R : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

      2. Pertahankan personal hygiene kulit, mis; membasuh kemudian keringkan dengan hati-hati lakukan penggunaan lotion/krim

        R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit sebagai ganti menggaruk u/ menurunkan resiko trauma dermal pada kulit.

      3. Gunting kuku secara teratur

        R : Kuku yang panjang/kasar dapat meningkatkan resiko kerusakan dermal.

      4. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. 

        R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

      5. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung allergen

        R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi


         

    2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.

      Intervensi :

      1. Identifikasi penyebab/factor pencetus.

        R : Identifikasi ini dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam menetapkan intervensi selanjutnya.

      2. Monitor fungsi respirasi dan kaji tanda-tanda vital.

        R : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi dan dapat menunjukkan terjadinya syok.

      3. Auskultasi bunyi nafas, misalnya berkurang/hilangnya bunyi nafas dilobus/segmen tertentu.

        R : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh bagian paru.

      4. Berikan posisi semi fowler/tinggikan tempat tidur bagian kepala.

        R : Posisi membantu memaksimalkan ekdspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.

      5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.

        R : Alat dalam menurunkan kerja nafas, meningkatkan penghilang distress respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.

    3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.

      Intervensi :

  • Pantau masukan makanan setiap hari

    Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi.

  • Ukur BB setiap hari sesuai indikasi

    Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.

    • Berikan makan dalam porsi/jumlah yang kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.

      Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan meningkatkan kerjasama pasien saat makan

    • Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), dan Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

      Rasional :

    Kolaborasi:

  • Konsultasi dengan ahli gizi dan berikan Vitamin

    Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi sesuai umur dan berat badan.


     

  1. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala, ketegangan.

    Intervensi :

    1. Bantu klien Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

      Rasional : Lingkungan yang tenang dapat memberikan ketenangan untuk tidur

    2. Atur posisi tidur senyaman mungkin.

      Rasional : Membantu menginduksikan tidur

    3. Kaji pola kebiasaan tidur klien.

      Rasional : Mengidentifikasi intervensi yang tepat

    4. Instruksikan tindakan relaksasi

      Rasional : Membantu menginduksi tidur klien.

    5. Hindari gangguan terhadap pasien bila mungkin

      Rasional : Tidur tanpa gangguan dapat menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak bisa tidur kembali bila telah terbangun.

    6. Penatalaksanaan pemberian obat sedative, hipnotik sesuai indikasi.

      Rasional : Membantu/memudahkan pasien untuk memenuhi istirahat/tidurnya.


     

  2. Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.

    Intervensi :

    1. Kaji kemungkinan adanya tanda-tanda dehidrasi serta catat intake dan output

      R : Membran mukosa dan kulit yang kering menunjukkan adanya tanda dehidrasi. Memantau input dan haluaran memberikan informasi tentang keseimbangan cairan tubuh.

    2. Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)

      R : Hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.

    3. Anjurkan klien tetap mempertahankan intake peroral yaitu makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering

      R :
      Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi/cairan, dan menghindari terjadinya distensi abdomen.

    4. Catat dan laporkan adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung

      R : Kehilangan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara pemberian cairan/nutrisi

    5. Lakukan pemberian cairan (infuse/IV)

      R : Mengembalikan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh

  3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.

    Intervensi :

    1. Bantu klien mengekspresikan perasan marah, kehilangan dan ketakutan.

      Rasional : Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.

    2. Kaji tanda verbal dan nonverbal didampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.

      Rasional : Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah.

    3. Lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan dan beri lingkungan yang tenang serta suasana penuh istirahat.

      Rasional : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

    4. Tingkatkan kontrol sensasi klien.

      Rasional : Memberikan informasi tentang keadaan klien.

    5. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

      Rasional : Orientasi dapat menurunkan ansietas.

    6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kecemasannya.

      Rasional : Mengurangi ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.


     


     


     

  4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi

    Intervensi :

    1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor risiko, faktor pencetus, perawatan tindak lanjut dirumah

      Rasional : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu, mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan

    2. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya leaflet tentang: Faktor risiko, Faktor pencetus, Perawatan tindak lanjut dirumah.

      Rasional : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.

    3. Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual dan gejala yang memerlukan perhatian medis

      Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi

    4. Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat

      Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penanganan dirumah dan penyesuaian terhadap kerusakan


     


     


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

H. Suyono Slamet. 2001. Buku Ajar, ILMU PENYAKIT DALAM. Jilid II, Edisi ketiga. Penerbit; Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001

Sylvia. A. Price. 2005. PATOFISIOLOGI, Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1, Edisi 6. Penerbit; EGC. 2005

Marilynn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit; EGC

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit; EGC. 2001

0 komentar:

Posting Komentar